Sabtu, 13 Mei 2017

SUPERVISI: PEMBINAAN GURU DENGAN PENDEKATAN KOLABORASI

PEMBINAAN GURU DENGAN PENDEKATAN KOLABORATIF

REVISI MAKALAH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Mata Kuliah
Supervisi Pendidikan Islam

Dosen Pengampu:
1.      Prof. Dr. Achmad Patoni, M.Ag
2.      Dr. Hj. Binti Maunah, M.Pd.I


Description: Description: Description: Description: Description: Description: Description: Description: Description: Description: G:\iain\iaintul.jpg











Disusun Oleh:

Hasan Khariri
NIM. 17501164008




SEMESTER II.A
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
       PASCASARJANA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG
MEI 2017
PRAKATA
Puji ayukur Alhamdulillah penulis haturkan kehadiran Allah SWT yang telah memberi petunjuk kepada umat manusia, sehingga penulis mampu menyelesaikan makalah dengan berjudul “Pembinaan Guru dengan Pendekatan Kolaboratif”.
Sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada bagonda Rosulullah SAW yang telah memberikan petunjuk kepada umat manusia, sehingga manusia dapat terbebas dari zaman jahiliyah menuju zaman Islamiyah.
Selanjutnya penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1.      Bapak Dr. H. Maftukhin, M. Ag selaku Rektor IAIN Tulungagung yang telah memberikan fasilitas kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas tepat waktu.
2.      Bapak Prof. Dr. H. Achmad Patoni, M. Ag selaku direktur Pascasarjana IAIN Tulungagung yang selalu memberikan dorongan semangat dalam mengemban ilmu pengetahuan selama perkuliahan.
3.      Bapak Prof. Dr. Achmad Patoni, M.Ag dan Ibu Dr. Hj. Binti Maunah, M.Pd.I selaku dosen pembimbing mata kuliah Manajemen Lembaga Pendidikan Islam.
4.      Seluruh civitas kampus Pascasarjana yang selalu memberikan dukungan selama perkuliahan.
5.      Ayah dan Ibunda tercinta, yang selalu memberikan support dan doanya kepada penulis.
6.      Teman-teman angkatan 2016 yang telah membantu terselesainya tugas ini.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ini sangatlah sederhana dan masih jauh dari kesempurnaan, sehingga penulis mengharapkan dengan senang hati terbuka menerima kritik demi kesempurnaan karya tulis ini.
Semoga apa yang telah penulis paparkan dalam karya tulis ini dapat memberikan banyak manfaat kepada semua pihak, utamanya demi meningkatkan mutu pengetahuan kita. Amin ya Rabal ‘Alamin.


Tulungagung, 15 Mei 2017


                                                                   Penulis
DAFTAR ISI

COVER..................................................................................................................
PRAKATA.............................................................................................................
DAFTAR ISI..........................................................................................................

BAB I    PENDAHULUAN................................................................................ 1
      A. Latar Belakang.................................................................................. 1
      B. Rumusan Masalah.............................................................................. 3
        C. Tujuan................................................................................................ 4

BAB II   PEMBAHASAN................................................................................... 5
A.    Pembinaan Guru-guru dalam Pergaulan Profesional ....................... 5
B.     Pendekatan Supervisi Pendidikan.................................................... 7
C.     Pengertian Pendekatan Kolaboratif................................................ 10
D.    Karakteristik Pembinaan Guru dengan Pendekatan
Kolaboratif..................................................................................... 11

BAB III ANALISIS TEORI............................................................................. 13
A.    Pembinaan Guru-guru dalam Pergaulan Profesional ..................... 13
B.     Pendekatan Supervisi Pendidikan.................................................. 14
C.     Pengertian Pendekatan Kolaboratif................................................ 15
D.    Karakteristik Pembinaan Guru dengan Pendekatan
Kolaboratif..................................................................................... 16

BAB IV PENUTUP........................................................................................... 17 
A.    Kesimpulan..................................................................................... 17
B.     Saran............................................................................................... 17

DAFTAR RUJUKAN....................................................................................... 19

BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang Masalah
Personil sekolah yang memadai kemampuannya menjadi perhatian utama bagi setiap lembaga pendidikan. Diantara personil yang ada, guru merupakan jajaran terdepan dalam menentukan kualitas pendidikan. Guru setiap hari bertatap muka dengan siswa dalam proses pembelajaran. Karena itu guru yang berkualitas sangat dibutuhkan oleh setiap sekolah. Peningkatan kualitas pendidikan di sekolah memerlukan pendidikan profesional dan sistematis dalam mencapai sasarannya. Efektivitas kegiatan kependidikan di suatu sekolah dipengaruhi banyaknya variabel baik yang menyangkut aspek personal, operasional, maupun material yang perlu mendapatkan pembinaan dan pengembangan secara berkelanjutan.
Kepala sekolah sebagai pimpinan sekolah memiliki kewajiban membina kemampuan para guru. Dengan kata lain kepala sekolah hendaknya dapat melaksanakan supervisi secara efektif. Sementara ini pelaksanaan supervisi di sekolah seringkali masih bersifat umum. Aspek-aspek yang menjadi perhatian kurang jelas, sehingga pemberian umpan balik terlalu umum dan kurang mengarah ke aspek yang dibutuhkan guru. Sementara guru sendiripun kadang kurang memahami manfaat supervisi. Hal ini disebabkan tidak dilibatkannya guru dalam perencanaan pelaksanaan supervisi. Padahal proses pelaksanaan supervisi yang melibatkan guru sejak tahap perencanaan memungkinkan guru mengetahui manfaat supervisi bagi dirinya. Supervisi merupakan pendekatan yang melibatkan guru sejak tahap perencanaan.
Supervisi pada dasarnya diarahkan pada tiga kegiatan, yakni: supervisi akademis, supervisi administrasi dan supervisi lembaga. Ketiga kegiatan besar tersebut masing-masing memiliki garapan serta wilayah tersendiri, supervisi akademis sendiri dititik beratkan pada pengamatan supervisor tentang masalah-masalah yang berhubungan dengan kegiatan akademis, diantaranya hal-hal yang langung berada dalam lingkungan kegiatan pembelajaran pada waktu siswa sedang dalam proses mempelajari sesuatu. Sedangkan supervisi administrasi menitik beratkan pada pengamatan supervisor pada aspek-aspek administrasi yang berfungsi sebagai pendukung dan pelancar terlaksananya pembelajaran dan administrasi lembaga sendiri diarahkan pada kegiatan dalam rangka menyebarkan objek pengamatan supervisor tentang aspek-aspek yang berada di seantero sekolah dan berperan dalam meningkatkan nama baik sekolah atau kinerja sekolah secara keseluruhan. Proses pembinaan dan pengembangan keseluruhan situasi merupakan kajian supervisi pendidikan.[1]
Sasaran pengawasan di lingkungan kelembagaan pendidikan selama ini menunjukkan kesan seolah-olah segi fisik material yang tampak merupakan saaran yang sangat penting, namun pengolahan dana, sistem kepegawaian, perlengkapan serta sistem informasi yang dipergunakan oleh lembaga nyaris merupakan sesuatu yang terabaikan.
Supervisi kelembagaan menebarkan objek pengamatan supervisor pada aspe-aspek yang berada d lingkungan sekolah, artinya lebih bertumpu pada citra dan kualitas sekolah, sebab dapat dimaklumi bahwa sekolah yang memiliki popularitas akan menjadi lembaga pendidikan yang secara otomatis dapat menarik perhatian masyarakat yang pada gilirannya akan menyekolahkan anak-anak mereka ke sekolah dimaksud. Bukan saja supervisor aktif untuk memberikan kualitas sekolah lebih baik akan tetapi membina guru-guru dan memberikan perhatian yang akan mendorong kinerja lebih bermanfaat di lembaga maupun sekolah.
Maka dari itu pembinaan guru dengan menggunakan pendekatan kolaboratif sangat bermanfaat untuk memberikan usulan atau keaktifan dalam memecahkan masalah atau problem yang dihadapi di lembaga pendidikan.
Setiap guru selalu berbeda ide maupun usulan yang akan memberikan yang lebih baik demi kemajuan sekolah, dalam hal ini supervisor sangat berpengaruh untuk membina guru lebih mandiri dan mampu memecahkan masalah bersama. Hal ini sesuai dengan firman Allah, sebagai beriku
Description: Description: Description: Description: Description: Description: Description: Description: Description: Quran, Surah Ar-Ra'd, Ayat 11:



Artinya:
“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia(Q.S Ar’ad:11)[2]


Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa Allah tidak akan merubah keadaan yang lebih buruk bagi setiap orang yang ingin merubah lebih baik lagi, situasi seperti ini sama ketika di hubungkan peran pendekatan colaboratif terhadap pembinaan guru akan memberikan efek yang positif karna bukan hanya supervisor sebagai pemecah masalah akan tetapi semua anggota merupakan demokrasi dalam memecahkan masalah.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan pada uraian diatas, maka rumusan masalah dalam makalah ini, sebagai berikut:
1.      Bagaimana Pembinaan guru dalam pergaulan professional?
2.      Bagaimana pendekatan supervise pendidikan ?
3.      Bagaimana pengertian pendekatan colaboratif ?
4.      Bagaimana karakteristik pembinaan guru dengan pendekatan kolaboratif ?


C.    Tujuan
Berdasarkan pada uraian latar belakang masalah diaras, maka tujuan penyusunan karya tulis ini, sebagai berikut:
1.      Untuk mengetahui pembinaan guru di lingkungan sekolah
2.      Untuk mengetahui pendekatan supervise pendidikan
3.      Untuk mengetahui pengertian pendekatan kolaboratif
4.      Untuk mengetahui karakteristik pembinaan guru dengan pendekatan kolaboratif   























BAB II
PEMBAHASAN


A.    Pembinaan Guru-guru dalam Pergaulan Profesional
Upaya untuk meningkatkan guru-guru dapat melalui aktivitas maupun pelatihan yang di berikan terhadap guru dan supervisor mampu membina para guru agar bergerak lebih baik dan lebih professional.
Pembinaan guru sangatlah penting dalam meningkatkan mutu pendidikan.di sekolahan. Pembinaan guru selama ini adalah dari kepala sekolah dan pengawas. Sumbangan supervisor dalam hal ini tidak dapat diberikan secara langsung. Karna mempertimbangkan jabatan untuk menyesuaikan yang sebaik-baiknya dalam membentuk sikap dan kebiasaan kerja yang tepat.
Sebagai contoh tentang apa yang dimaksud dengan sikap-sikap dan kebiasaan kerja yang tepat ialah:
1.        Sikap impersonal dan kebiasaan mengendalikan diri atas kritik-kritik dari supervisor, kepala sekolah atau pengawas.
2.        Penghargaan yang layak terhadap kemampuan dan kelebihan para petugas dan guru-guru lain.[3]
3.        Kemampuan mengikuti dan mendukung kebijaksanaan atasan atau kelompok.
4.        Kemampuan menghargai kesuksesan-kesuksesan dari rekan-rekan sejawat.
5.        Kesudian dan kebiasaan selalu menahan diri dari pembicaraan yang kurang enak dari orang lain.
Membina guru hanya lewat kehadiran di waktu rapat untuk berceramah tidak akan banyak meningkatkan kinerja guru dalam meningkatkan mutu pendidikan.
Perbaikan mutu pengajaranan di sekolahan berkaitan dengan proses supervise. Dalam hal itu sudah seharusnya supervisor yang merupakan unsur penting bagi keefektifan layanan supervisi mendorong guru, agar berupaya melakukan peningkatan diri senidri.[4]
Misalnya, bagaimana bisa melaksanakan tugas untuk membina guru kalau tidak pernah menjadi guru. Menjadi pengawas bukanlah memarahi guru, melainkan membina bahkan sebagai mitra kerja. Bila perlu, pengawas memberikan contoh cara pembelajaran materi tertentu jika guru mengalami kesulitan di kelas.
Sehubungan pembinaan guru, penataran atau pelatihan guru yang sering dikatakan menghabiskan dana yang tidak sedikit namun belum banyak berarti dalam peningkatan kinerga para guru. Pendapat ini ada benarnya. Ada beberapa kendala atau kelemahan yang ada. Pertama, motivasi guru tentu  tidak semuanyasangat rendah dalam mengikuti kegiatan. Mereka sekadar ikut karena taat perintah kepala sekolah atau sekadar mendapatkan serifikat untuk kenaikan pangkat. Kedua, ada yang berpikir negatif sebelum kegiatan dimulai baik terhadap nara sumber atau guru pendamping walau guru yang bersangkutan kinerjanya di sekolah belum dapat dikatakan baik. Akhirnya, beberapa pengalaman berharga dalam pelatihan lewat negitu saja. Ketiga, ada guru terlalu banyak berharap namun tanpa kreatif dalam kegiatan. Semestinya dalam kegiatan inilah terjadi tukar pengalaman atau berdiskusi tentang permasalahan yang dihadapi di sekolah. Keempat, sistem pelatihan perlu disempurbakan. Setelah kegiatan seolah proyek sudah selesai. Hendaknya ada  tindak lanjutnya di lapangan. Setelah pelatihan perlu ada pemantauan atau pembinaan beberapa bulan di sekolah tempat tugas peserta oleh nara sumber atau tim pelatih (instruktur). Di samping itu pemantauan atau pembinaan juga berfungsi untuk mengevaluasi apakah kegiatan pelatihan  efektif atau tidak.
Jadi, kegiatan pelatihan tidak selesai dalam beberapa hari saja sebab akan cendrung teori tanpa praktek. Pelatihan guru sesungguhnya tidak pernah berhenti karena guru adalah seorang pembelejar. Guru tidak akan bisa membelajarkan siswanya kalau ia sendiri tidak belajar atau berlatih terus-menerus.
Jadi, Supervisor hendaknya berusaha menstimulir atau menambah keyakinan dan minat masing-masing guru terhadap tanggung jawabnya.


B.     Pendekatan Supervisi Pendidikan
Pendekatan merupakan cara mendekatkan diri kepada objek atau langkah-langkah menuju objek. Pendekatan berasal dari kata approach  yang berarti cara mendekatkan diri kepada objel atau langkah-langkah menuju objek.[5] Dalam supervisi pendidikan, terdapat beberapa pendekatan antara lain:
a.         Pendekatan Supervisi Ilmiah (Scientific Approach to Supervision)
Pendekatan scientific (ilmiah) adalah pendekatan yang merujuk teknik-teknik investigasi atas fenomena atau gejala, memperoleh pengetahuan baru, atau mengoreksi dan memadukan pengetahuan sebelumnya. Untuk dapat disebut ilmiah, metode pencarian (method of inquiry) harus berbasis pada bukti-bukti dari objek yang diobservasi, empiris, dan terukur dengan prinsip-prinsip penalaran yang spesifik. Pawlas dan Oliva menerangkan bahwa, “Scientific supervisors look for fixed principles of teaching. The teacher performance can than be judge on how well they follow the instructional principles in their theaching”.[6] Pendekatan ini dalam mengumpulkan datanya dilakukan secara ilmiah dengan metode ilmiah, data dianalisis secara ilmiah dengan cara ilmiah dan secara objektif. Sehingga supervisi ilmiah memiliki ciri-ciri antara lain; dilaksanaka secara terencana dan kontinu, sistematis, obyektif, menggunakan alat (instrumen) yang valid dan reliabel sehingga dapat memberi informasi sebagai umpan balik untuk mengadakan penelitian terhadap perbaikan pembelajaran.[7]
b.         Pendekatan Supervisi Klinis
pendekatan ini hubungan pengawas dan guru ibarat dokter dengan pasien. Pendekatan ini lebih meng-human-kan atau memanusiakan guru, guru dianggap sebagai kolega (teman sejawat). Sehingga guru tidak merasa ada jarak dengan pengawas.
c.         Pendekatan Supervisi Artistik
Sejalan dengan tugasya, supervisor juga pengajar yang kegiatannya memerlukan pengetahuan, keterampilan, dan seni. Jadi, supervisi artistik adalah supervisi dimana supervisor dalam melakuakan kegiatan supervisi dituntut berpengetahuan, berketerampilan, dan tidak kaku karena kegiatan supervisi juga mengandung nilai seni.

Pendekatan yang digunakan dalam menerapkan supervisi modern didasarkan pada prinsip-prinsip psikologis. Suatu pendekatan atau teknik pemberian supervisi, sangat bergantung kepada prototipe guru.
Adapun dalam bukunya yang berjudul supervisi pendidikan, penulis Luk-luk Nur Mufidah,[8] menguraikan pendekatan supervisi pendidikan terbagi menjadi tiga pendekatan antara lain ialah:
1.        Pendekatan langsung (direktif)
Pendekatan direktif adalah cara pendekatan terhadap masalah yang bersifat langsung. Supervisor memberikan arahan langsung, sudah tentu pengaruh perilaku supervisor lebih dominan. Pendekatan direktif ini berdasarkan pada pemahaman terhadap psikologis behauioristis. Prinsip behaviorisme ialah bahwa segala perbuatan berasal dari refleks, yaitu respons terhadap rangsangan atau stimulus. Oleh karena guru memiliki kekurangan, maka perlu diberikan rangsangan agar ia bisa bereaksi lebih baik. Supervisor dapat menggunakan penguatan (reinforcement) atau hukuman (punishment). Pendekatan seperti ini dapat dilakukan dengan perilaku supervisor seperti berikut ini:
a)    Menjelaskan
b)    Menyajikan
c)    Mengarahkan
d)    Memberi contoh
e)     Menerapkan tolok ukur
f)     Menguatkan
2.    Pendekatan tidak langsung (Non-Direktif)
Yang dimaksud dengan pendekatan tidak langsung (non-direktif) adalah cara pendekatan terhadap permasalahan yang sifatnya tidak langsung. Perilaku supervisor tidak secara langsung menunjukkan permasalahan, tapi ia terlebih dulu mendengarkan secara aktif apa yang dikemukakan oleh guru. Ia memberi kesempatan sebanyak mungkin kepada guru.
untuk mengemukakan permasalahan yang mereka alami. Pendekatan non-direktif ini berdasarkan pada pemahaman psikologis humanistik. Psikologi humanistik sangat menghargai orang yang akan dibantu. Oleh karena pribadi guru yang dibina begitu dihormati, maka ia lebih banyak mendengarkan permasalahan yang dihadapi guru-guru. Guru mengemukakan masalahnya. Supervisor mencoba mendengarkan, dan memahami apa yang dialami. Perilaku supervisor dalam pendekatan non-direktif adalah sebagai berikut:
a)    Mendengarkan
b)    Memberi penguatan
c)    Menjelaskan
d)    Menyajikan
e)    Memecahkan masalah

3.      Pendekatan kolaboratif
Beberapa pendekatan kolaboratif yang diterapkan oleh supervisor terhadap guru-guru maupun sebagai pembinaan oleh supervisor. Hal ini memang sangat penting untuk diperhatikan agar kualitas supervisi pendidikan mampu memberikan warna yang baik dan memberikan nilai-nilai positif bagi guru atau yang berlibat di dalam supervisi pendidikan. Beberapa pendekatan antara lain:
a)          Menyajikan
b)         Menjelaskan
c)          Mendengarkan
d)         Memecahkan masalah


C.    Pengertian Pendekatan Kolaboratif
Pendekatan kolaboratif adalah cara pendekatan yang memadukan cara pendekatan direktif dan non-direktif menjadi suatu cara pendekatan baru. Pada pendekatan ini, baik supervisor maupun guru bersama-sama bersepakat untuk menetapkan struktur proses dan kriteria dalam melaksanakan proses percakapan terhadap masalah yang dihadapi guru. Pendekatan ini didasarkan pada psikologi kognitif. Psikologi kognitif beranggapan bahwa belajar adalah perpaduan antara kegiatan individu dengan lingkungan yang pada gilirannya akan berpengaruh dalam pembentukan aktivitas individu.[9]
Guru   memiliki potensi tapi harus diberi kesempatan atau perangkat. Sehingga hasil dari supervisi ini adalah kontrak antara pengawas dan guru, baik supervisor dan guru bersama-sama dan bersepakat untuk menetapkan struktur, proses, dan kriteria dalam melaksanakan proses percakapan terhadap msalah yang dihadapi guru.[10]
Dengan demikian, pendekatan kolaboratif supervisor dalam pendekatan ini adalah sebagai berikut:
1.    Menyajikan, langkah pertama dari supervisor atau pengawas ialah menyajikan pembahasan yang akan di bahas terhadap para guru.
2.    Menjelaskan, supervisor menjelaskan secara benar dan memfokuskan inti permasalah agar lebih jelas dan dapat di fahami setiap anggota guru.
3.    Mendengarkan, ketika para guru berbincang-bincang dan berbagai ulasan pendapat maka supervisor mendengarkan tanggapan guru dan memahami betul apa yang dibahas.
4.    Memecahkan masalah, setelah persoalan mau pun permasalahan menemukan titik penyebab atau faktor masalah yang di temukan oleh para guru maka supervisor mampu memecahkan masalah yang berlangsung. Supervisor sekaligus membimbing para guru untuk menyukseskan.
5.    Negosiasi,[11] disamping itu supervisor memberikan solusi tawaran atau negosiasi kepada para guru agar tidak menimbulkan nilai egois yang dimiliki oleh supervisor. Hal ini supervisor bersifat netral dan tidak ada sifat kepentingan pribadi.

Tugas supervisor diatas adalah mendengarkan dan memperhatikan secara cermat akan keprihatinan guru terhadap masalah perbaikan pengajaranya, dan sekaligus pula gagasan-gagasan.
Jika diperhatikan, pola pendekatan di atas merupakan aspek tanggung jawab terlaksananya kegiatan supervisi. Artinya supervisi dan supervisor berbagi tanggung jawab.
Dalam bukunya Binti Maunah[12] supervisi pendidikan Islam, menjelaskan bahwa Wiles dan Lovell memandangnya dari segi perkembanganya historis model atau pendekatan supervisi. Mereka mengemukakan bahwa supervisi kolaboratif adalah gagasan yang di ilhami oleh ajaran gerakan hubungan kemanusiaan. Gagasan itu sekaligus merupakan reaksi terhadap praktik model supervisi klasik, yang menetapkan fungsi supervisi sebagai berikut:
is cooperating, sharing ideas, soving probles, and providing feedback on observation of teaching, with or for a person with greater orless influence.
Artinya: adalah bekerja sama, berbagi ide, memecahkan masalah, dan memberikan umpan balik pada pengamatan mengajar, dengan atau untuk orang dengan pengaruh yang lebih besar atau kurang.
Walaupun pendekatan ini telah dikenal oleh para supervisor, namun dalam prakteknya pendekatan ini lebih banyak memperoleh perhatian dan diimplementasikan oleh para pakar supervisik klinik.[13]

D.    Karakteristik Pembinaan Guru dengan Pendekatan Kolaboratif
Sebagaimana telah diketahui bahwa supervisi adalah suatu teknik pelayanan yang tujuan utamanya mempelajari dan memperbaiki secara bersama-sama. Kegiatan ini diarahkan untuk membantu kinerja guru dalam melaksanakan tugasnya agar dapat mencapai target yang diinginkan.
Salah satu pendekatan dalam melaksanakan supevisi adalah pendekatan kolaboratif. Pendekatan ini memiliki karakteristik sebagai berikut:
1.        Supervisor bertindak sebagai mitra atau rekan kerja.
2.        Kedua belah pihak berbagi kepakaran.
3.        Pendekatan yang digunakan merupakan pendekatan inkuiri yakni, mencoba memahami apa yang dilakukan oleh orang yang amati.
4.        Diskusi sebagai langkah lanjut dari pengalaman bersifat terbuka atau fleksibel dan tujuannya jelas.
5.        Tujuan supervisi ialah membantu guru dan kepala sekolah berkembang menjadi tenaga-tenaga profesional melalui kegiatan-kegiatan reflektif.
6.        Ada data yang objektif yang diperoleh dari keadaan yang riil.[14]

Dengan memahami karakteristik diatas dapat diilustrasikan bahwa dengan pendekatan kolaboratif, supervisi yang diterapkan akan terasa tenang dan tidak mengandung ketegangan. Bahkan sebaliknya yang muncul adalah suasana akrab dan saling memahami antar satu dengan yang lainnya. Hal ini terjadi karena supervisor menempatkan dirinya sebagai mitra bagi guru yang disupervisi bukan sebagai arspektor yang mencari kesalahan dari guru.
Disamping itu supervisi kolaboratif memberikan ruang terbuka bagi guru sehingga guru mendapat kesempatan yang luas guna menyampaikan ide ataupun maslah-masalah yang muncul dalam proses pembelajaran. Sehingga dari diskusi yang dilakukan akan mucul ide-ide baru yang merupakan penyelesaian problem solving dalam problem-problem yang ditemukan dalam proses pembelajaran.





BAB III
ANALISIS TEORI

A.    Pembinaan Guru-guru dalam Pergaulan Profesional
Dalam hal ini guru di bimbing dengan melakukan berbagai kegiatan dan supervisor tidak dapat diberikan secara langsung. Melihat dari jabatan agar dapat menyesuaikan sikap dan kebiasaan yang tepat. Contoh sikap tersebut seperti penghargaan yang layak terhadap kemampuan dan kelebihan para petugas dan guru-guru lain.[15] Pengertian tersebut sangat sempit karna merupakan kebiasaan yang memang harus dipenuhi guru maupun kinerjanya tanpa membuka kesadaran sebagai kinerja yang memajukan profesinalnya. Penulis lebih melihat kebudayaan sekolah maupun guru sebagai kinerja untuk lembaga sekolah. Budaya kerja, ini merupakan sekumpulan pola perilaku maupun sikap yang melekat secara keseluruhan pada diri setiap individu dalam sebuah lembaga. Membangun budaya berarti juga meningkatkan dan mempertahankan sisi-sisi positif, serta berupaya membiasakan pola perilaku tertentu agar tercipta suatu bentuk baru yang lebih baik serta memberikan kebiasaan yang tepat.
Adapun pengertian budaya kerja menurut Hadari Nawawi dalam bukunya Manajemen Sumber Daya Manusia menjelaskan bahwa budaya kerja adalah kebiasaan yang dilakukan berulang-ulang oleh pegawai dalam suatu organisasi, pelanggaraan terhadap kebiasaan ini memang tidak ada sangsi tegas, namun dari pelaku organisasi secara moral telah menyepakati bahwa kebiasaan tersebut merupakan kebiasaan yang harus ditaati dalam rangka pelaksanaan pekerjaan untuk mencapai tujuan.[16]
Dari uraian di atas bahwa, budaya kerja merupakan perilaku yang dilakukan berulang-ulang oleh setiap individu dalam suatu organisasi dan telah menjadi kebiasaan dalam pelaksanaan pekerjaan. Hal ini sesuai dengan firman Allah, sebagai berikut:
Description: Description: Description: Description: Description: Description: Description: Description: Image result for Q.S FUSSILAT AYAT 30                                                     

Artinya:
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Rabb kami ialah Allah” kemudian mereka istiqomah pada pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu”.” (QS. Fushilat: 30)[17]

Dari uraian di atas bahwa, ayat tersebut menjelaskan contoh sesuatu kegiatan yang baik harus berulang-ulang karna aspek budaya kerja merupakan perilaku yang dilakukan berulang-ulang oleh setiap individu dalam suatu organisasi dan telah menjadi kebiasaan dalam pelaksanaan pekerjaan.

B.     Pendekatan Supervisi Pendidikan
Secara garis besar ada tiga pendekatan supervisi pendidikan yang di tulis oleh Luk-luk Nur Mufidah dan Binti Maunah dalam bukunya ialah pendekatan direktif, nondirektif, dan kolaboratif. Hal ini mencakup tindakan guru maupun supervisi kepada aspek kegiatan. Dalam pengembangan supervisi pendidikan beberapa model pengembangan ialah model supervise konvensional,ilmiah, klinis, dan artistik.
Beberapa kajian diatas yang memang sudah melekat terhadap supervisi pendidikan dan terbukti kualitas yang sudah di terapkan di berbagai lembaga pendidikan. Maka dari itu penulis hanya bisa mendukung konsep diatas yang sudah dibangun oleh pakar cindekiawan.
Dalam hal ini penulis menambahkan dari konsep pendekatan supervisi beserta model pendekatan supervisi dengan implikasi nilai-nilai keagamaa. Dalam keagamaan ini tergantung objek sasaran agama itu sendiri. Untuk meningkatkan dan mengembangkan kajian supervisi pendidikan yang ada. Seperti yang telah ditemukan oleh penulis dalam bukunya sosiologi agama yang dikutip oleh Dandang Khamad, bahwa peran pemimpin agama lebih luas.[18] Peran tersebut sebagai berikut:
1.             Pemimpin agama sebagai motivator
2.             Pemimpin agama sebagai moral
3.             Pemimpin agama sebagai mediator
Untuk menghubungkan konsep pendekatan maupun model supervisi pendidikan yang sudah ada maka beberapa nilai kepemimpinan agama bisa memberikan warna yang melengkapi dari berbagai sikap maupun pembinaanya.
Realitas terbukti dari berbagai lembaga pendidikan Islam lebih maju bahkan mapan meskipun tidak bercantum tangan terhadap pemerintahan. Seperti yayasan pendidikan Islam yang saat ini melaju lebih cepat bila dibandingkan pendidikan negeri.

C.    Pengertian Pendekatan Kolaboratif
Pendekatan kolaboratif adalah pendekatan memadukan pendekatan direktif dan non-direktif menjadi suatu cara pendekatan baru. Pendekatan ini didasarkan pada psikologi kognitif. Psikologi kognitif beranggapan bahwa belajar adalah perpaduan antara kegiatan individu dengan lingkungan yang pada gilirannya akan berpengaruh dalam pembentukan aktivitas individu.[19]
Sesui pembahasan diatas ialah piskologi kognitif merupakan perpaduan belajar antara kegiatan individu dengan lingkungan. Penulis sedikit menjanggal jika memang pendekatan kolaboratif didasarkan oleh psikologi kognitif karna berbeda dari ungkapan Danim bahwa psikologi kognitif adalah cabang psikologi yang mempelajari proses mental termasuk bagaimana orang berpikir, merasakan, mengingat, dan belajar. Sebagai bagian bidang ilmu kognitif yang lebih besar, cabang psikologi ini berhubungan dengan disiplin ilmu lain termasuk ilmu saraf, filsafat, dan linguistik.[20]
Lebih mudah memahami bahwa psikologi kognitif mengarah pola berfikir berfikir. Kenyataan yang ada bahwa kolaboratif membandingkan berbagai aspek yang diselesaikan dalam kesepakatan bersama. Jika psikologi kognitif hadir pada pendekatan kolaboratif maka yang ada memunculkan berbagai ide-ide dalam kepentingan.

D.    Karakteristik Pembinaan Guru dengan Pendekatan Kolaboratif
Bahwa supervisi adalah suatu teknik pelayanan yang tujuan utamanya mempelajari dan memperbaiki secara bersama. Kegiatan ini diarahkan untuk membantu kinerja guru dalam melaksanakan tugasnya agar dapat mencapai target yang diinginkan seperti Ada data yang objektif yang diperoleh dari keadaan yang riil.[21] Namun perkembangan sosial masyarakat sangat mempengaruh konsep pada diri manusa yang berbeda-beda untuk mencari atau menyesuaikan keserasian dalam menerapkan pendekatan kolaboratif. Satu orang dengan orang lain ada berbedaan dalam karakteristik karna melihat dari pengalaman seseorang akan berbeda dari pengalaman lainya maka akan menimbulkan perubahan dalam kepribadian seseorang sesuai lingkungan keseharianya.
Dengan demikian karakteristik pembinaan guru dengan pendekatan kolaboratif menimbulakn beberapa perbedaan yang diperoleh dalam setiap pembinaan guru. Dikarnakan faktor yang mempengaruhi perubahan seseorang. Faktor tersebut ialah faktor keluarga, faktor kebudayaan, faktor pendidikan sekolah, faktor ekonomi, faktor masyarakat atau social, faktor politik, faktor agama.[22]




BAB IV
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Berdasarkan dari pemaparan pembahasan dan analisis teori maka dapat ditarik kesimpulan, sebagai berikut:
1.      Bahwa pembinaan guru dalam pergaulan profesi merupakan budaya kerja perilaku yang dilakukan berulang-ulang oleh setiap individu dalam suatu organisasi dan telah menjadi kebiasaan dalam pelaksanaan pekerjaan. Istilah ini memberikan kegiatan positif yang harus istiqomah.
2.      Konsep pendekatan supervisi beserta model pendekatan supervise ialah dengan implikasi nilai-nilai keagamaa. Dalam keagamaan ini tergantung objek sasaran agama itu sendiri seperti pemimpin agama mampu menghubungkan dengan dakwahnya sebagai moralitas nilai-nilai keagamaan.
3.      Pengertian pendekatan kolaboratif merupakan perpaduan antara pendekatan direktif dan nondirektif secara berhubungan untuk mengarahkan bersama, bukan karna didsari pada psikologi kognitit tapi lebih bersifat hubungan secara langsung untuk memecahkan masalah.
4.      Karakteristik pembinaan guru dengan pendekatan kolaboratif merupakan perilaku supervise maupun supervisor yang mencerminkan nilai-nilai tindakan dalam pelaksanaan pembinaan namun dalam setiap pembinaan ada beberapa faktor yang mempengaruhi supervise maupun supervator dalam perubahan seseorang. Faktor tersebut ialah faktor keluarga, faktor kebudayaan, faktor pendidikan sekolah, faktor ekonomi, faktor masyarakat atau social, faktor politik, faktor agama.

B.     Saran
Dari uraian diatas maka penulis mempunyai beberapa saran untuk pihak-pihak yang bersangkutan dengan permasalahan sosial dan pendidikan. Adapun sasaran tersebut, sebagai berikut:
1.      Bagi kepala sekolah
Seharusnya lebih memperhatikan guru dan karyawan yang digunakan pada proses bekerja yang tengah berlangsung pada lembaganya saat ini. Agar proses pembinaan tersebut tidak hanya merupakan suatu kegiatan melainkan juga pembinaan jasmaniah, rohaniah, intelegensi dan perilaku sosial dalam menyelesaikan permasalahan secara bersama.
2.      Bagi personalia pendidikan
Seharusnya membiasakan untuk menghargai pendapat orang lain dalam forum diskusi maupun rapat pembinaan guru-guru
3.      Bagi pendekatan kolaboratif
Pendekatan kolaboratif seharusnya berkembang secara cepat karena mempertemukan titik permasalahan dalam satu tempat atau waktu untuk menyelesaikan dengan di dasari piskologi kognitif.
4.      Bagi pembaca
Karya tulis ini dapat digunakan sebagai bahan menambah wawasan terkait pembinaan guru dengan pendekatan kolaboratif.



















DAFTAR
RUJUK
Maunah , Binti. Supervisi Pendidikan Islam Teori dan Praktik. Yogyakarta: Teras, 2009.
Mufidah, Luk-luk Nur. Supervisi Pendidikan. Yogyakarta: Teras, 2009.
Ngalim, Purwanto. Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Rosdakarya. Bandung: Rosdakarya, 2003.
Pawlas, George E. & Oliva, Peter F. Supervision for Today’s School.  USA:Thomson Press, 2007.
Purwanto, Ngalim. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: Rosdakarya, 2000.
Yayasan Penyelenggaraan Penerjemah atau Tafsir Al Quran Revisi Terjemah
Lajnah Penafsiran Mushaf Al Quran Kementrian Agama RI, Al Quran Tajwid dan Terjemah, Bandung: Syaamil Quran, 2010.
Sahertin, Ahmad. Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan. Jakarta, Rineka Cipta, 2008.
Arikunto, Suharsimi. Dasar-Dasar Supervisi. Jakarta: Rineka Cipta, 2004.
Hadari Nawawi. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2003.












[1]Purwanto Ngalim, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Rosdakarya , (Bandung: Rosdakarya, 2003), 9.

[2]Yayasan Penyelenggaraan Penerjemah atau Tafsir Al Quran Revisi Terjemah Lajnah Penafsiran Mushaf Al Quran Kementrian Agama RI, Al Quran Tajwid dan Terjemah, (Bandung: Syaamil Quran, 2010), 250.
[3]Binti Maunah, Supervisi Pendidikan Islam Teori dan Praktik, (Yogyakarta: Teras, 2009), 237-238.
[4]Ibid., 161.
[5]Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: Rosdakarya, 2003), 120.
[6]George E. Pawlas & Peter F. Oliva, Supervision for Today’s School, (USA: Thomson Press, 2007),  8.
[7]Binti Maunah, Supervisi Pendidikan…, 118.
[8]Luk-luk Nur Mufidah, Supervisi Pendidikan, (Yogyakarta: Teras, 2009), 39-44.
[9]Ibid.,43.
[10]Ahmad Sahertin, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan, (Jakarta, Rineka Cipta, 2008), 49-50.
[11]Ibid,…43.
[12]Binti,…, 141-142.
[13]Ibid., 142.
[14]Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Supervisi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), 1-2.
[15]Binti,…, 238.
[16]Hadari NawawiManajemen Sumber Daya Manusia, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2003), 65.
[17]Yayasan Penyelenggaraan Penerjemah atau Tafsir Al Quran Revisi Terjemah Lajnah Penafsiran Mushaf Al Quran Kementrian Agama RI, Al Quran Tajwid dan Terjemah, (Bandung: Syaamil Quran, 2010), 480.
[18]Dandang Khamad, Sosiologi Agama, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), 136-143.
[19]Luk-luk,…, 43.
[20]Danim, Sudarwan, Pengantar Kependidikan,(Bandung : CV Alfabeta, 2010), 38.
[21]Suharsimi,…, 1-2.
[22]Syamsu Yusuf,  Teori Kepribadian, (Bandung:PT. Remaja Rosdakarya), 27-29.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar